Materi 7 "Tissue Culture Implementation"

Nama : Lina Widawati Aliyah

NPM : 23025010023

Kelas : Bioteknologi Pertanian A025

Resume materi 7 "Tissue Culture Implementation"


    Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan tanaman secara in vitro yang memungkinkan produksi tanaman dalam jumlah besar dengan kualitas yang seragam. Teknik ini banyak digunakan dalam dunia pertanian dan bioteknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi, menciptakan tanaman dengan sifat unggul, serta mengatasi keterbatasan reproduksi tanaman secara konvensional. 

Pembentukan Benih Sintetis (Synthetic Seed)

            Benih sintetis merupakan teknologi inovatif dalam perbanyakan tanaman yang melibatkan produksi benih dari embrio somatik yang dibungkus dengan lapisan buatan, menyerupai biji alami. Teknologi ini sangat berguna untuk tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji konvensional (Ziraluo, 2021). 

Proses Pembuatan Benih Sintetis:

Persiapan Medium

  • Menggunakan medium MS (Murashige & Skoog) yang diperkaya dengan hormon tumbuh dan sumber karbon.
  • Medium dicampur dengan sodium alginat untuk membentuk larutan homogen.
Enkapsulasi Embrio Somatik
  • Eksplan (embrio somatik) dicelupkan ke dalam larutan alginat.
  • Eksplan yang telah terlapisi diambil dengan pinset lalu dimasukkan ke dalam larutan CaCl₂.
  • Terbentuk bola kecil keras yang dilapisi oleh alginat, menyerupai biji.
Germinasi dan Produksi Komersial
  • Benih sintetis yang telah terbentuk diuji untuk kemampuannya berkecambah dan berkembang menjadi tanaman utuh.
  • Teknologi ini telah sukses diterapkan pada beberapa tanaman seperti pisang dan anggrek, dengan tingkat konversi embrio menjadi tanaman mencapai 100% untuk pisang dan 93.3% untuk anggrek.
    Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki setengah jumlah kromosom dari jumlah normalnya. (Kurnianingsih et al., 2020) produksi tanaman haploid sangat penting dalam bidang pemuliaan tanaman karena dapat mempercepat pengembangan varietas unggul melalui teknik dihaploidisasi (penggandaan kromosom untuk menghasilkan tanaman fertil). Tanaman haploid yang dihasilkan umumnya lemah dan steril, sehingga untuk memperbaiki kesuburan dilakukan penggandaan kromosom menggunakan:
  • Kolkisin, senyawa kimia yang menghambat pembelahan sel dan menggandakan jumlah kromosom.
  • Penggandaan spontan, yang terjadi secara alami pada tingkat yang berbeda-beda di setiap spesies.
    Teknik kultur anter atau mikrospora bertujuan menghasilkan tanaman haploid dari serbuk sari atau kantung serbuk sari. Hal ini memungkinkan perbaikan genetik dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan metode konvensional.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kultur Anter/Mikrospora:

Genotipe
  • Tidak semua spesies tanaman dapat berhasil dikultur menggunakan metode ini.
  • Keberhasilan sangat bergantung pada jenis tanaman yang digunakan.
Kondisi Pertumbuhan Tanaman Induk
  • Tanaman induk harus tumbuh dalam kondisi optimal untuk memastikan kualitas serbuk sari yang baik.
Tahap Perkembangan Pollen yang Tepat
  • Harus dapat mengubah jalur perkembangan serbuk sari dari gametogenesis (pembentukan gamet jantan) ke embriogenesis (pembentukan embrio).
Perlakuan Awal Anter
  • Perlakuan seperti dingin atau panas dapat meningkatkan keberhasilan dalam mengubah polen menjadi embrio.
Media Kultur
  • Media harus mengandung nutrisi dan zat tambahan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan embrio.


DAFTAR PUSTAKA 
    Kurnianingsih, R., Ghazali, M., Rosidah, S., Muspiah, A., Astuti, S. P., & Nikmatullah, A. (2020). Pelatihan teknik dasar kultur jaringan tumbuhan. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(5), 888-896.

    Ziraluo, Y. P. B. (2021). Metode perbanyakan tanaman ubi jalar ungu (Ipomea batatas poiret) dengan teknik kultur jaringan atau stek planlet. Jurnal inovasi penelitian, 2(3), 1037-1046.


Comments

Popular posts from this blog

Materi 1 "Basic Concepts and Development of Agricultural Biotechnology"

Materi 3 "Plant Organogenesis (Direct And Indirect Organogenesis)"

Inovasi Pertanian Berbasis IoT: Solusi Digital untuk Pembangunan Pertanian di Indonesia