Materi 4 "Somatic Embryogenesis"
Nama : Lina Widawati Aliyah
NPM : 23025010023
Kelas : Bioteknologi Pertanian A025
Resume Materi 4 "Somatic Embryogenesis"
Embriogenesis somatik adalah proses terbentuknya embrio yang terbentuk dari sel-sel somatik yang berasal dari jaringan eksplan. Seiring dengan berjalannya proes pembentukan embrio, sel-sel dari jaringan eksplan akan mengalami beberapa kali perubahan bentuk, yakni bentuk globular (globular stage), bentuk hati (heart stage), bentuk torpedo (torpedo stage), dan fase kotiledon. Embrio somatik dapat terbentuk secara langsung (direct somatic embryogenesis) dan secara tidak langsung (indirect somatic embryogenesis).
Terbentuknya embrio somatik secara langsung merupakan pembentukan embrioid yang langsung berasal dari jaringan eksplan tanpa adanya proliferasi kalus. Sedangkan pembentukan embrio somatik secara tidak langsung diawali dengan pembentukan kalus dan embrioid yang dihasilkan melalui induksi kalus. Selanjutnya, kalus embriogenik dapat diinduksi dengan menggunakan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin. Kemudian embrio somatik diinduksi dengan penurunan konsentrasi auksin dan atau tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dari kelompok sitokinin (Adhinugraha, 2024).
Jenis Embrio Non-Zigot
- Adventitious embryos: Terbentuk langsung dari organ atau embrio lain.
- Parthenogenetic embryos (apomixis): Terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.
- Androgenetic embryos: Terbentuk dari gametofit jantan.
Menurut Taryono (2016), terdapat 4 tahapan dalam embriogenesis somatik, yaitu induksi kalus embriogenik, perbanyakan kalus embriogenik, maturasi embrio somatik, dan perkecambahan embrio somatik. Tahapan terpenting pada embriogenesis somatik adalah terjadinya pendewasaan embrio somatik. Hormon yang digunakan pada medium akan menentukan proses pendewasaan embrio somatik, karena jika hormon yang digunakan tidak sesuai untuk proses pendewasaan maka sel-sel yang sudah mengalami diferensiasi untuk membentuk embrio somatik akan kembali menjadi sel-sel yang tidak terdiferensiasi atau terjadi pembentukan embrio somatik sekunder. Pendewasaan embrio somatik melibatkan proses perubahan akumulasi asam absisat dan fase penurunan kadar air pada embrio somatik untuk mengakumulasi asam absisat.
Embriogenesis somatik dapat dibagi berdasarkan cara terbentuknya embrio somatik, yaitu embriogenesis somatik primer dan embriogenesis somatik sekunder. Embrio somatik primer merupakan embrio somatik yang terbentuk dari eksplan awal baik pada embriogenesis langsung atau tidak langsung, sedangkan embrio somatik sekunder merupakan embrio somatik yang berasal dari proliferasi embrio somatik primer. Embrio somatik sekunder dapat dimanfaatkan untuk perbanyakan tanaman klonal dan pemuliaan tanaman. Keuntungan lain dari penggunan embrio somatik sekunder adalah dapat digunakan sebagai cadangan eksplan yang steril sehingga langsung dapat digunakan tanpa melakukan tahap sterilisasi, tidak perlu melakukan induksi embrio somatik, dan dapat digunakan untuk target transformasi
Embriogenesis somatik memiliki beberapa kelemahan yang membuatnya jarang digunakan sebagai metode propagasi tanaman. Salah satu kendala utama adalah tingginya tingkat mutasi yang dapat terjadi selama proses ini, sehingga menghasilkan individu dengan sifat yang berbeda dari tanaman induknya. Selain itu, teknik ini tergolong sulit karena memerlukan kondisi yang sangat spesifik, seperti penggunaan hormon dan media kultur yang tepat, serta ketelitian dalam pengendalian faktor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKAAdhinugraha, Q. S. (2024). Embriogenesis Somatik Kopi: Prinsip dan Keunggulannya. Agriculture and Biological Technology, 1(2), 58-64.
Taryono. (2016). Pengantar Bioteknologi Untuk Pemuliaan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Comments
Post a Comment